Dia siapa ? saat kutemui, kudapati dirinya hidup bagai di alam bawah sadar. Dia mengatakan alam adalah istana yang pilar-pilarnya berhuni jiwa suci .Bahkan Kokoh pilarnya berbisik bagai lantunan puisi yang menggaungkan bebal kata yang tak sempat terucap dari bibir tipisnya. Yang menyuguhkan pandangan nyata akan eksotika sebuah rumah sebagaimana harusnya. Tapi aku tak paham apa yang dimaksudkannya. saat ia berbicara, mataku hanya terpaku pada bibirnya, ya.. bibirnya yang pecah dan matanya yang kian memerah seolah di sana ada beban berat yang penuh luka dan duka bahkan terlampau berat untuk ditangggungnya.
Sendirian.., ya. karena ia menyadari dirinya adalah sebuah anomali yang meniadakan kata-kata hingga merasa perlu untuk menjuhkan dirinya. Ia tak mampu mengatakan apa dan bagaimana dirinya. karena ia begitu menyadari bahwa dirinya adalah wujud anomali yang nyata. Ini adalah pernyataan yang semu tentang dirinya
Ketika aku mengamatinya, seribu nuansa abu-abu terpancar kelam dari balik bola matanya yang memantulkan bayang bagai kolam tinta hitam legam. Dirinya hanya menatap. dan tanpa apa-apa. tidak serumpun kata, pun tidak secuil ekspresi nampak dari wajahnya bahkan tak kutemui sedikitpun gesture dari tubuhnya yang mampu gambarkan hal apa yang sedang menari-nari di kepalanya.
Di lain kesempatan, aku bahkan menemukan dirinya tersenyum hingga menyentuh ke dasar wajahnya dan matanya memancarkan kilau bening yang bercahaya. Sungguh mempesona!
kadang hatinya bingung, kadang aku mendapati dirinya tersenyum dan tertawa dalam euforia kegembiraan yang tak mampu digambarkan. kadangkala aku bahkan tak mendapati ekspresi apa-apa dari dirinya. hanya datar dan... tak ada. tak ada sama sekali. ketika aku mendapati dirinya mampu mengungkapan diri dalam sejuta ekspresi bahagia, ia justru menangis tersedu-sedu dengan air mata yang mengalir di setiap pori-pori pipi chubby miliknya.
Suara tersedunya bagai gema-gema panjang dalam keheningan malam di kejauhan. Gema suara tertawanya mengirimkan hembusan angin sepoi yang membuatku mampu berjingkat karenanya. Kediamannya serupa Laut Mati! Dan emosinya yang tak nampak hanyutkanku sejenak dalam rasa menggigil yang menggigit hinga ke tulang-tulang.
Aku bertanya- tanya. Apakah yang menyebabkan sosok itu berdiri Dingin dan Hangat dalam satu waktu bagai sebuah anomali ?. Dirinya tak mampu kutebak. bahkan untuk berdiri menatap wajahnya, atau ikut terlarut bersamanya membagi rasa pun terasa canggung bagiku. Aku bagai meraba-raba dalam gulita di wajahnya yang tanpa ekspresi. Tapi sorot matanya yang bagai manik cahaya menarik ku terperosok untuk terus peduli padanya. Tapi Aku bukan siapa- siapa. Dia Siapa? mengapa aku begitu peduli padanya?
Meluruskan pikiran-pikiran unik yang bergentayangan dalam otakku bukanlah hal mudah. Sekadar memaksa lobus frontal-ku pun hanya akan menjadi bumerang. Terkadang aku menimbulkan satu bayangan buram hingga terasa sulit menerima pemikiran yang tak sesuai dengan hati dan keinginanku. Sosok anomali itu begitu rapuh hingga terdorong oleh seujung kuku pun kurasa ia akan terjatuh.
Bulan yang lesu mencoba hentikan mimpi yang sempat menawan rohku hingga aku bagai jasad bertulang yang terbujur kaku tanpa Jiwa.
Dan ketika aku tiba-tiba tersentak dan terbangun dari tidur dan mimpiku di tengah malam dalam kebingungan yang meresap dalam setiap jelujur nafasku yang terengah, aku menyadari. Dirinya adalah Aku !!
AKU!!
Mimpi itu telah berlalu. Dan saat hari telah dimulai, dimana Oktober membuai September yang tersesat karena coba merangkak menggapa-gapainya dalam cuaca panas yang membalut kota dengan selimut surya yang kian menyengat. Hari-hari kujalani dengan membawa serentetan rekaman mimpi yang meraung-raung di kepalaku. Mengapa aku merasa bagai sebuah anomali bahkan dalam mimpiku sendiri ? Aku kah anomali itu ? mengapa aku bisa seperti itu ? apa yang terjadi? aku ini kenapa?
Hanya diam dan membisu yang dapat terus kulakukan. saat bulan , hari. jam, menit dan detik terus menggulirkan estafetnya yang menyertai kediam-an ku. Aku terus memikirkannya, beberapa hari dalam sebulan, dalam seminggu hingga sekarang aku terus memikirkannya disetiap detik-detik waktu yang kumiliki. Aku bingung layaknya seorang yang autis. ya.. kebingungan.Ia meresap dalam setiap hentakan nafasku. menghapus kehidupan dari relung jiwaku, memotong hati, endapan rasa dan menghempasku dari titian jembatan tinggi hari-hari bahagiaku. Aku bingung.
Apakah cerita semu ini berakhir di sini ? ya!. Dirinya dan sosok dalam mimpi itu adalah satu jiwa yang berbeda namun menuju ke titik yang sama. Aku dan diriku adalah sosok normal yang karena sebuah mimpi aneh, justru menggiringku perlahan-lahan ke arah mimpi itu karena terlalu banyak memikirkannya. Dan tanpa kusadari, sikapku inilah yang membawaku ke arah anomali itu.
..............
Meski sekarang waktu telah lama berlalu, dan diriku bukanlah aku yang dulu namun aku adalah diriku yang sekarang, aku tetap menjalaninya.Dan.. biarlah aku membawa serta kebingungan ini hingga suatu waktu kan lebur bagai hujan deras, dan damai pun kudapat..
#End
Apakah cerita semu ini berakhir di sini ? ya!. Dirinya dan sosok dalam mimpi itu adalah satu jiwa yang berbeda namun menuju ke titik yang sama. Aku dan diriku adalah sosok normal yang karena sebuah mimpi aneh, justru menggiringku perlahan-lahan ke arah mimpi itu karena terlalu banyak memikirkannya. Dan tanpa kusadari, sikapku inilah yang membawaku ke arah anomali itu.
..............
Meski sekarang waktu telah lama berlalu, dan diriku bukanlah aku yang dulu namun aku adalah diriku yang sekarang, aku tetap menjalaninya.Dan.. biarlah aku membawa serta kebingungan ini hingga suatu waktu kan lebur bagai hujan deras, dan damai pun kudapat..
#End