Powered By Blogger

Senin, 18 Maret 2013

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

  SEJARAH ILMU PENGETAHUAN MANUSIA

    Para ahli sejarah membagi sejarah perkkembangan pengetahuan manusia menjadi beberapa zaman:
a.    Zaman purba
   Zaman ini ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang terbuat dari batu dan tulang belulang. Manusia pada zaman ini telah mengatahui cara bercocok tanam dan beternak meskipun masih secara berpindah-pinda. Pengetahuan yang diperolehnya, terbatas pada pengalaman  dan kemampuannya mengamati alam sekitarnya. Pada purba zaman  sampai dengan zaman Babilonia, pengetahuan yang dipunyai manusia saat itu masih berupa mitos.
b.    Zaman Yunani(600-200 SM)
Zaman ini kemampuan berfikir manusia sudah mulai maju karena telah adanya penemuan alat bantu yang lebih baik dan mulai menggunakan akal sehat sehingga mitos dengan berbagai legendanya sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan ditandai dengan penggabungan antara penglihatan, pengamatan, akal sehat, logika, yang dikenal sebagai ‘Rasionalisme’. Beberapa tokoh atau ilmuan yunani yang berpengaruh dan memberikan sumbangan besar terhadap perubahan pola pikir manusia pada masa itu adalah;
(1)    Thales (624 – 548 SM), yang menyatakan matahari mengeluarkan sinar sendiri dan bulan hanya memantulkan cahaya matahari.
(2)    Anaximenes (560 – 520 SM), mengatakan unsur pembentukan seluruh benda adalah air.
(3)    Herakleitos (560 – 479 SM), mengatakan bahwa apilah yang menyebabkan transmutasi karena tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.

c.    Zaman Pertengahan (Keemasan Islam)
Pada zaman keemasan Islam pengaruh bangsa Arab sangat menonjol. Banyak peninggalan pengetahuan Yunani diterjemahkan serta penemuan tentang kedokteran yang ditulis dalam bentuk buku dan dipakai sebagai acuan dalam dunia pendidikan Islam dan Eropa. Termasuk pengembangan metode eksperimentasi yang memungkinkan wawasan di berbagai bidang.
Beberapa diantara filisof zaman pertengahan atau zaman keemasan Islam diantaranya adalah
•    Al-Zahrawi
•    Avicenna (Ibnu Sina)
•    Al-Jazari
•    Abbas Ibn Firnas
•    Ibn Al-Haitham
•    Al-Biruni
d.    Zaman Modern (Abad 15 sampai sekarang)
Zaman ini dimulai pada abad ke-15, banyak penemuan yang mengubah pola pikr sebelumnya terutama dengan penemuan empiris yang didukung oleh alat bantu yang lebih baik. Pada zaman ini, juga menganut metode induksi yang merupakan dasar dari perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya pengambilan kesimpulan berdasarkan data eksperimentasi dan fakta. Hal tersebut juga terkait dengan cara berfikir empirisme. Empirisme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengamatan atau pengalaman manusia adalah sumber kebenaran. Zaman ini dikuasai oleh gerakan Ranaissance (kelahiran kembali).
 Alat bantu yang lebih canggih yang ditemukan pada zaman ini kadang harus bertentangan dengan kepercayaan maupun kekuasaan yang ada. Diantara penemuan tersebut antara lain;
•    Nicolas Cpernicus (1473 – 1540 M) dengan teori Heliosentris.
•    Ptolemeous dengan teori geosentris.
•    Bredley dengan Aberasi cahaya.
•    Bessel denga penemuan Paralaks
•    Francis Bacon (1561 – 1662) dengan teori Empiris Induktif
•    Rene descartes (1596 -1650 ) dengan filsafat reduksionisme dan metode rasional deduktif.
Ilmu pengetahuan di zaman modern ini terus berkembang dan mengilhami banyak pemikir yang menyampaikan pemikiran diantaranya bahwa perkembngan sains modern akan bergeser ke sains baru. Metode sains modern bersifat empirisme yang mengandalkan kemampuan inderawi dan kebenaran harus dapat dibuktikan secara empiris.
B. RUANG LINGKUP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
1.Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
    Berdasarkan beberapa argumentasi dalam arti yang luas ilmu pengetahuan(sains) di klasifikasikan atas:
a.    Ilmu Pengetahuan Sosial(social science),cabang-cabang ilmunya antara lain:
a)    Sosiologi
b)    Ekonomi
c)    Sejarah
d)    Etnologi
e)    Antropologi
f)    Pendidikan
g)    Psikologi

b.    Ilmu Pengetahuan Alam(Natural Science),cabang-cabangnya antara lain:
a)    Fisika(Physics)
b)    Kimia(Chemistry)
c)    Biologi(Biological Science)

c.    Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Earth Science and Space),cabang-cabangnya antara lain:
a)    Geologi
b)    Astronomi
c)    Geografi
2. Fokus Pembentukan Multidisiplin Ilmu
              a. Pemfokusan Ilmu
    Perkembangan ilmu terus menerus dan begitu cepatnya terutama mulai abad ke-20, menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang kearah disiplin ilmu yang lebih spesifik.
       Berdasarkan pengembangan fokus ilmu tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengatahuan berkembang dengan pesatnya,  sehingga tidak memungkinkan lagi seseorang dapat menguasai bidang ilmunya dengan baik, maka seseorang akan lebih memfokuskan atau menspesialisasikan dirinya dalam salah satu fokus disiplin ilmu tertetu.
              b.Multidisiplin dan Interdisiplin ilmu
     Perkembangan interdisiplin ilmu cukup banyak dan berkembang dengan pesat, sebagai contoh adalah bioteknologi, teknologi informasi dan ilmu matrial. Perkembangan tersebut sangat memepengaruhi  pola pandang dan kehidupan social manusia saat ini. Olek karenanya suatu ilmu yang dikembangkan berdasarkan interdisiplin ilmu tetapi karena dampak sosialnya juga perlu dipertimbangkan sehingga pembahasannya berubah menjadi multidisiplin ilmu.

C PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
    Dalam abad 20 terakhir ini pengenbangan ilmu pengetahuan mencatat loncatan-loncatan penting dan kemajuan yang sangat pesat. Penemuan baru dan penciptaan karya terjadi selih berganti, informasi ilmiah diproduksi dengan cepatbahkan dua kali lipat setiap tahunnya. Berkali-kali telah terjadi evolusi dalam ilmu pengetahuan dengan akibat yang besar dan tak terduga. Eksperimentasi dan induksi memegang peranan penting, rasio dan mekanisasi menjadi kiblat dan tujuan. Orang tidak hanya memberi dan mengurai kehidupan tetapi berusaha mengubah dan menciptakannya.
    Tidak semua bidang atau cabang ilmu pengetahuan maju dan berkembang sama pesatnya pada setiap kurun waktu dan tempat. Dalam masa belakangan ini, beberapa bidang tampak melaju dengan sangat menonjol dan oleh karena itu berpengaruh besar terhadap manusia dan kehidupannya. Bidang-bidang itu  adalah;
•    Ilmu-ilmu nuklir (Nuclear science)
•    Ilmu-ilmu kimia (Chemistry science)
•    Bioteknologi
•    Ilmu informasi dan komunikasi
•    Ilmu-Ilmu antariksa
•    Ilmu penginderaan
Kemajuan dalam tiap-tiap bidang ini mempunyai akibat yang jauh, baik langsung terhadap manusia, masyarakat, prinsip-prinsip yang dianutnyadan lingkungan hidupnya, maupun tidak langsung melalui bidang atau disiplin yang lain. Pembaruan-pembaruan yang ditimbulkannya tidak hanya karena perkembangan kebutuhan manusia tetap juga rutin direncanakan oleh kelompok khusus yang bertugas untuk itu.

Religiusitas dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Sistem Religi dan Keyakinan

Konsep system kepercayaan  berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional (Mitcheli, 1997). Sistim kepercayaan didasarkan atas beberapa karakter penggunaan sumberdaya (Matowanyika, 1991), ialah:

1.    Sepenuhnya pedesaan
2.    Sepenuhnya didasarkan atas produksi lingkungan fisik setempat
3.    Integrasi nilai ekonomi, sosial, budaya serta institusi dengan hubungan keluarga sebagai kunci sistem distribusi dan keluarga sebagai dasar pembagian kerja
4.    Sistim distribusi yang mendorong adanya kerjasama
5.    Sistim pemilikan sumberdaya yang beragam, tetapi selalu terdapat system pemilikan bersama
6.    Sepenuhnya tergantung pada pengetahuan dan pengalaman lokal.

Pada esensinya, unsur religi (sistem kepercayaan / keyakinan dengan praktik seremonial ) dari suatu kebudayaan berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan hubungan atau kesatuannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta alam semesta dengan segala isinya. Berikut, agama secara ideal dipahami sebagai yang berfungsi regulasi berkehidupan bersesama, berhubungan dengan dan pengelolaan (pemeliharaan) pemanfaatan sumber daya alam sebagai berkah dari-Nya. Agama dengan demkian, dipahami sebagai pedoman kehidupan masyarakat manusia untuk selamat dunia dan akhirat.
    Pada kebanyakan kelompok dan komunitas nelayan dan pelayar di dunia, agama lebih difungsikan dalam urusan duniawi yang pragmatis dari pada pemungsiannya secara ideal atau esensialnya, yakni sebagai mekanisme pemecahan persoalan-persoalan lingkungan fisik dan sosial ekonomi yang dihadapinya di laut sehari-hari. Sama halnya kepercayaan pada ilmu magic dan praktik sihir yang digunakan oleh masyarakat nelayan atau pelayar (secara individual atau kelompok) untuk memecahkan berbagai masalah seperti itu karena tidak dapat diatasi dengan akal sehat dan praktik biasa. Contohnya :
    Nelayan Urk (Belanda) meyakini sumberdaya dan hasil laut sebagai berkah dari Tuhan yang harus diusahakan dengan kerja keras disertai doa. Bahkan, mesin raksasa 3000 PK yang menggerakkan kapal berbobot ratusan ton diyakini sebagai nakhoda yang digerakkan oleh pneggerak utama, yaitu Tuhan. Keyakinan religius terkait kehidupan ekonomi dan kecanggihan iptek ini terwujud dalam pelaksanaan ibadah gereja setiap hari minggu (Heilig dag), mengharamkan pembatasan kelahiran karena anak adalah berkah dari Tuhan (Zegen Van God) yang kelak menjadi awak kapal yang terampil dan produktif. Dan, tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor/mesin pada hari minggu sebagai penghargaan pada Tuhan penggera mekanik yang utama (Lampe,1986).

    Nelayan Islandia hingga sekarang masih banyak yang percaya bahkan mengandalkan kekuatan bisikan mahluk halus dan roh nenek moyang, petunjuk mimpi dan firasat serta feeling dan intuisi yang dikombinasikan dengan sistem manajemen formal ekonomi yang modern dan rasional sebagai model untuk sikses dan selamat (model for success and model for safety) (Palsson, 2001).

    Kebanyakan nelayan Bugis, Bajo, Makassar dan Madura yang beragama islam sangat percaya pada kekuasaan Allah dan takdir-Nya. Sedikit banyaknya hasil yang diperoleh senantiasa dikembalikan pada ketentuan takdir. Rintangan arus dan ombak besar yang diarungi ; dalamnya laut yang diselami pencari teripang, berbahaya dan angkernya berbagai tempat yang justru kaya sumberdayanya. Dan ancaman raksasa laut (gurita, hiu dan paus) semuanya dihadapi dan dilawan atau dihindari dengan keyakinan religius dan praktik ritual (doa dan penyembahan sesaji). Keberanian pelaut dari sulawesi selatan dan Tenggara menjelajahi perairan Nusantara ini sebagian besar dilandasi keyakinan agama, bukan atas modal pengetahuan dan keterampilan berlayar serta etos ekonomi yang tinggi semata.

    Kebanyakan nelayan suku bangsa Fanti-Ghana (Afrika Barat) dan komunitas-komunitas nelayan dan pelayar di negara-negara kepulauan pasifik, termasuk kepulauan Trobriand, percaya dan melakukan praktik magic untuk menjaga keselamatan mereka dari gangguan hantu-hantu laut. Bahkan nelayan melakukan persaingan memperebutkan sumber daya laut dengan menggunakan kekuatan supranatural / jimat dan praktik sihir.
Sistim kepercayaan Dalam memanfaatkan sumberdaya laut masyarakat pesisir selalu mengikuti kebiasaan yang sudah menjadi tradisi adat bahkan ada yang melakukannya dengan suatu acara dalam bentuk ritual yang menurut sistem kepercayaan dan pengetahuan masyarakat setempat ritual tersebut dapat memberikan mereka hasil usaha sebagai nelayan maupun keselamatan selama melaut.
Dilain pihak mereka juga percaya bahwa pada kondisi tertentu, ketika penghuni alam ini, maksudnya manusia serakah dan bertindak dalam memanfaatkan sumberdaya alam laut dan pesisir tidak sesuai dengan sistem nilai, hukum adat dan tradisi budaya yang dianut, maka alam akan bertindak sebaliknya yakni memberi sanksi dan hukuman kepada manusia. Menurut sistem kepercayaan masyarakat setempat bentuk hukuman yang alam berikan kepada mereka dalam memanfaatkan sumberdaya alam laut dan pesisir yang tidak sesuai dengan kesepakatan adat dan tradisi masyarakat setempat, dapat berupa bencana alam, sakit yang tidak dapat diobati secara medis, kecelakaan baik di laut dan di darat (tenggelam, digigit ikan hiu, paus, ular atau jatuh dari pohon).

Resiko dan hukuman alam ini dapat dialami secara fatal yakni menimbulkan kematian dan/atau hanya menimbulkan kecelakaan seperti luka, patah, hilang beberapa organ tubuh dan dapat juga menimbulkan kelumpuhan serta mempengaruhi gangguan kejiwaan (gila). Mereka sangat menyadari bahwa nilai-nilai tersebut merupakan warisan leluhur yang perlu ditumbuh-kembangkan kembali agar menjadi penuntun moral dan pranata untuk mengatur masyarakat dalam menfaatkan sumberdaya pesisir dan laut secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan sistim kepercayaan yang  berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, juga disebabkan oleh adanya kekewatiran akan pudarnya atau hilangnya nilai-nilai sistim kepercayaan . Fenomena lainnya adalah dewasa ini di mana-mana terjadi perilaku pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut cenderung bersifat destruktif dan tidak ramah lingkungan.

Selain itu masyarakat pesisir umumnya merasa pesimis dan meragukan implementasi hukum-hukum positif termasuk aparat penegak hukum. Respons masyarakat terhadap hukum-hukum positif yang ada dan berlaku sangat rendah.  Hal ini disebabkan karena adanya kenyataan bahwa para pelaku pengursakan lingkungan yang ditangkap, tidak jelas penyesaiannya dan tidak membuat jera terhadap para pelaku pengrusak lingkungan.




Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Pembangunan memiliki visi memberdayakan manusia dan masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Sebab sepanjang zaman keswadayaan merupakan sumber daya kehidupan yang abadi dengan manusia sebagai intinya dan partisipasi merupakan perwujudan optimalnya. Keberdayaan masyarakat merupakan modal utama masyarakat untuk mengembangkan dirinya serta mempertahankan diri di tengah masyarakat lainnya. Masyarakat pesisir yang sebagian besar merupakan masyarakat nelayan memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan keterkaitannya yang erat dengan karakteristik ekonomi wilayah pesisir, latar belakang budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Pada umumnya, masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam, sehingga teknologi memanfaatkan sumberdaya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi wilayah pesisir. Di wilayah DKI Jakarta, kehidupan sosial masyarakat pesisirnya tidak  berbeda jauh dengan kehidupan sosial masyarakat pesisir lainnya yang ada di Indonesia, misalnya rendahnya pendidikan, produktivitas yang sangat tergantung pada musim, terbatasnya modal usaha, kurangnya sarana penunjang buruknya mekanisme pasar dan lamanya transfer teknologi dan komunikasi yang mengakibatkan pendapatan masyarakat pesisir, khususnya nelayan pengolah menjadi tidak menentu. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam era pembangunan yang semakin kompleks dan kompetitif, nelayan pengolah dihadapkan pada tantangan yang semakin besar dalam keterkaitan usaha nelayan dengan berbagai aspek lingkungan yang mempengaruhinya serta persaingan dalam pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya yang tersedia.
Permasalahan mendasar dari kemiskinan yang terjadi di masyarakat tentunya para nelayan yang tidak berdaya adalah kurang terlibatnya para nelayan dalam pemberdayaan sosial ekonomi. Masyarakat kurang dilibatkan secara total dalam pelaksanaan program pembangunan yang menyangkut kepentingan diri mereka sendiri. Sedangkan pemberdayaan masyarakat seakan-akan menjadi new mainstream upaya bagi pengentasan kemiskinan. Keberhasilan suatu proses pemberdayaan dapat dilihat dari seberapa erat kerjasama antara masyarakat dan stakeholder dan stakeholder dengan pihak pemerintah daerah. Menciptakan lapangan kerja dan mendekatkan masyarakat dengan sumber modal, teknologi dan pasar merupakan salah satu cara pendekatan dari  proses pemberdayaan.
Setelah dikembangkannya program pemberdayaan di masyarakat pesisir, maka perlu adanya rancangan program-program yang dapat diimplementasikan sampai generasi mendatang, dapat mengatasi masalah kemiskinan masyarakat pesisir dan meningkatkan pendapatan para nelayan. Program pengentasan kemiskinan contohnya penggunaan es dan rantai dingin. Nelayan menggunakan es untuk hasil tangkapan ikan mereka agar awet sejak ikan ditangkap sampai ikan tiba di pasar.
Program besar lain yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan  adalah pembangunan sarana perikanan khususnya pelabuhan perikanan dari yang paling kecil yang dimiliki nelayan sampai yang paling besar pelabuhan perikanan samudera. Selain program-program diatas, pengembangan koperasi perikanan, kelompok usaha bersama, dan pengembangan kemitraan usaha dapat dijadikan rujukan program untuk mengentaskan kemiskinan (Nikijuluw dalam Bengen, 2001)8. Selain program pengentasan kemiskinan, program pengelolaan
wilayah pesisir juga sangatlah penting karena komunitas masyarakat pesisir berdomisili di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dengan sumberdaya yang terkandung di wilayah pesisir dan laut. Pada saat yang sama juga masyarakat harus bisa menjaga lingkungan dan ekosistem pesisir agar penggunaan sumberdaya pesisir tidak menimbulkan dampak negatif.
Langkah pertama program pengelolaan sumberdaya adalah mengidentifikasi isu dan masalah di wilayah pesisir, mengadakan program pendidikan penyuluhan bagi masyarakat, mengadakan kerjasama antara masyarakat dengan suatu lembaga (Darmawan dalam Bengen,2001)9,. Program nyatanya adalah pengelolaan dan budidaya perikanan, pengembangan system  agribisnis dalam upaya meningkatkan pendapatan para nelayan. Program lain adalah kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk mengembangkan pariwisata secara optimal namun  seimbang antara manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi (Soebagio,2004)10.
Namun perlu diperhatikan, pembangunan sarana pariwisata yang menggunakan sumberdaya dan keindahan lingkungan laut harus sesuai dengan ekowisata. Karena bisa jadi hal tersebut dapat mengakibatkan tingginya biaya hidup setempat. Sementara itu, keunikan ekosistem di suatu lingkungan adalah nilai dasar dan modal utama yang dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan pariwisata.
Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat. 
Pertanyaan kemudian muncul apakah konsep pemberdayaan yang salah atau pemberdayaan dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari segolongan orang?
Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
a)    Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut.  Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional.  Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
b)    Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan.  Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal.  Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
c)    Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
d)    Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh. 

Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka.  Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh.  Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.
Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya.  Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Persoalan yang mungkin harus dijawab adalah:  Bagaimana memberdayakannya?
Banyak program pemberdayaan yang sudah dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP).  Pada intinya program ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
(a)    Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.
(b)    Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-paradigma pembangunan masa lalu.  Terlepas dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama mendapingi masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok yang tepat pula.
(c)    Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang membutuhkannya.  Pengaturan pergulirannya akan disepakati di dalam forum atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan fasilitasi pemerintah setempat dan tenaga pendamping

Pembentukan dan Perluasan Kalimat



A. Pengertian Kalimat

Kalimat sebagai satuan bahasa yang lebih besar dari pada kata atau frasa merupakan rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri, dan intonasinya menunjukkan batas antara sesamanya. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa ditulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru atau tanda tanya. Setiap kalimat yang muncul dalam tulisan atau pembicaraan masing-masing menyatakan pikiran yang terbatas, tetapi tetap utuh baik secara tersurat maupun secara tersirat. Pikiran yang utuh pada setiap kalimat diungkapkan pada dua bagian,yaitu subjek dan predikat. Subjek yang menjadi pokok dalam kalimat dijelaskan maknanya oleh predikat.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, atau klausa .Jika disusun berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat. Ada yang tidak dapat dihilangkan, ada pula bagian yang dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat dihilangkan itu disebut inti kalimat, sedang bagian yang dapat dihilangkan bukan inti kalimat. Bagian inti dapat membentuk kalimat dasar, dan bagian bukan inti dapat membentuk kalimat luas.

Contoh 1:
    Buku ini baru terbit.
    Isinya sungguh bagus!
    Di mana buku ini dapat dibeli?


Contoh 2:
    Menulis ilmiah itu mudah.
     Kemudahan menulis dapat dirasakan oleh setiap orang yang mempelajarinya secara serius
    Kemudahan menulis itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu: menentukan ide, mengorganisasi ide, dan mengekspresikan ide tersebut dengan kalimat efektif sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh.

Paragraf tersebut terdiri atas tiga buah kalimat, yakni:

Kalimat (1)
berupa kalimat dasar terdiri atas dua bagian kalimat inti, yakni: /Menulis ilmiah itu/ mudah/.

Kalimat (2)
berupa kalimat luas terdiri atas dua bagian inti dan satu bagian bukan inti: /Kemudahan menulis/ dapat dirasakan/ oleh setiap orang yang mempelajarinya secara serius/.

Kalimat (3)
berupa kalimat luas terdiri atas bagian inti dan dua bukan bagian inti: /Kemudahan menulis itu dapat dikelompokkan/ ke dalam tiga hal/ yaitu menentukan ide, mengorganisasi ide, dan mengekspresikan ide  tersebut menjadi sebuah karangan yang lengkap/.

Contoh tersebut menunjukkan bahwa kalimat pertama berupa kalimat dasar,sedangkan kalimat kedua dan ketiga berupa kalimat luas.

Ciri-ciri kalimat :
(1)    Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawal dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tandatanya, atau tanda seru.
(2)    Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat
(3)    Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
(4)     Mengandung pikiran yang utuh.
(5)     Menggunakan urutan logis; setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya
(6)    Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
(7)     Dalam paragraf terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronominalatau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.

B. Bagian-bagian Kalimat
Kata atau kelompok kata yang dipakai membentuk kalimat menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam struktur kalimat. Sebagai unsur yang terintegrasi kedalamstruktur, kata-kata tersebut merupakan unsur kalimat.
Bagian inti yang harus ada pada kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P).Bagian inti kalimat adalah bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat berfungsi sebagai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelasan terhadap subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau pelengkap (Pel) dan keterangan (K).

1.     Subjek dan Predikat
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Setiap kalimat sebagai bentuk pernyataan pikiran mempunyai subjek dan predikat, baik yang dinyatakan secara tersurat maupun yang dinyatakan secara tersirat. Subjek sebagai inti pembicaraan menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh predikat. Hubungan antara subjek dan predikat dalam kalimat turut menentukan isi pikiran yang dimaksud. Kata-kata yang digaris bawahi pada contoh berikut berfungsi sebagai subjek (S) dan predikat (P).

Contoh :
Perusahaannya / makin berkembang / akhir-akhir ini.
S         P

Isi pikiran yang terdapat pada kalimat tercermin pada hubungan antara subjek dan predikat. Tanpa adanya subjek, pokok pembicaraan dalam setiap kalimat menjadi tidak jelas. Sebaliknya, tanpa adanya predikat, keadaan subjek atau situasi yang meliputi subjek tidak jelas.


2.    Objek, Pelengkap dan Keterangan

Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering muncul dalamkalimat untuk melengkapi predikat. Hubungan antara objek (O) dan predikat (P)ternyata lebih erat daripada hubungan antara keterangan (K) dan predikat.

Contoh:
    Ia / membaca / buku itu / beberapa  kali.
S     P              O              K

     Saya / mengunjungi / orang tuanya / di desa itu.
      S                       P                                             O                                   K

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.Ciri-ciri pelengkap :
•    Bukan unsur utama, tetapi tanda pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap informasinya,
•    Terletak di belakang predikat yang bukan kata transitif, misalnya:
o    Melengkapi struktur, misalnya:
Negara Republik Indonesia / berdasarkan / Pancasila
                      S                               P               pel.

o    Mengkhususkan makna objek, misalnya:
Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
 S         P                     O         pel.
Keterangan yang menyertai predikat kalimat bervariasi sesuai dengan fungsinya untuk melengkapi predikat. Hubungan yang agak longgar antara keterangan dalam struktur dan predikat memungkinkan penempatan keterangan dalam struktur kalimat. Jenis-jenis keterangan yang bermacam-macam itu dapat dilihat pada contoh berikut.
    Ia berdiri / di tempat itu / sejak tadi.
                K(tempat)
    Ujian berlangsung / selama dua jam. /
                                                           K(waktu)
    Anak itu lulus ujian / karena rajin belajar. /
                                                     K(sebab)
    Orang itu terlalu sibuk bekerja / sehingga jatuh sakit. /
      K(akibat)
    Saya melempar anjing itu /dengan batu. /
           K(alat)
    Pemerintah melaksanakan pembangunan / untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat. /
    K(tujuan)
    Semua anggota keluarga hadir / kecuali dia. /
K(pembatasan)
    Orang itu berjalan / cukup berat. /
                              K(keadaan)
    Meskipun hari hujan / anak itu pergi juga ke sekolah. /
   K(perlawananan)
    Saya bersedia datang / asal diundang. /
                                     K(syarat)

     Giginya putih / bagai mutiara. /
K(perbandingan)
    Mereka / tentu / datang menemuimu.
         K(modalitas)*

    Ibu / bersama tamunya / menyaksikan peristiwa itu.
               K(sertaan)
*keterangan modalitas menyatakan sikap atau sarana pembicara/penulis terhadap hal yang dibicarakan, yang meliputi keadaan, peristiwa, tindakan, atausifatnya (mungkin, boleh, barangkali, dan sebagainya)

C. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu pokok pembicaraan,yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat. Penjelasan subjek tersebut dinyatakan pada predikat (P). Jika predikat kalimat menggunakan kata kerja transitif, kalimat tersebut dilengakapi dengan objek tertentu. Bagian lain yang berfungsi memberikan penjelasan tambahan terhadap predikat kalimat adalah keterangan. Pola umum kalimat tunggal tersebut juga sederhana, yaitu S/P, S/P/O, S/P/O/K yang dapat diubah menjadi variasit ertentu melalui pertukaran bagian-bagiannya.

Contoh :
    Usahanya / berhasil (S/P)
      S                P
    Mereka / sedang mendiskusikan / tugas kelompok. (S/P/O)
      S                 P                            O
    Kami / menjuluki / dia / sang Penyelamat. (S/P/Pel)
    S              P                         Pel.
     Para kepala Negara Asean / sedang berdiskusi / di Bali. (S/P/K)
                       S                                P               K
     Kami / memanfaatkan / peluang itu / dengan baik. (S/P/O/K)
     S                     P                           O             K
Kepaduan hubungan bagian-bagian kalimat akan memperjelas kalimat sebagai pernyataan pikiran. Isi pikiran yang dinyatakan pada setiap kalimat dapat berupaberita (kalimat berita), pertanyaan (kalimat tanya), perintah atau larangan (kalimat perintah), dan seruan (kalimat seru). Jenis kalimat yang biasa dipakai dalam penyusunan karya ilmiah adalah kalimat berita yang menyatakan suatu peristiwa atau keadaan. Isinya bersifat pernyataan (deklarasi) sehingga dapat dinilai benar atau salah.
Contoh:
    Kegiatan penelitian yang menunjang pengembangan ilmu dan teknilogi perlu mendapat perhatian yang lebih besar. (kalimat berita)
    Di mana kepentingan kita diletakkan?  (kalimat tanya)
    Kerjakanlah tugas itu dengan cermat ! (kalimat perintah)
    Alangkah mulianya hati orang itu ! (kalimat seru)

Dalam kalimat majemuk, bagian kalimat tunggal yang sama umumnya cukup dinyataan satu kali (pelepasan bagian kalimat).


Contoh:

   
    Ia tetap menekuni pekerjaan itu.    tetapi ia tetap menekuni pekerjaan itu untuk melaksanakan
    Ia harus melaksanakan        kewajibannyamenghidupi keluarga   
kewajibannya menghidupi keluarga

Meskipun penghasilannya relative kecil, ia tetap menekuni pekerjaanitu untuk melaksanakan kewajiban menghidupi keluarga
   

D. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya dan menyatakan peritiwa-peristiwa yang terjadi selama berturut-turut atau dalam waktu yang bersamaan. Hubungan koordinatif antara bagian kalimat yang satu dan yang lain yang setara itu akan terlihat pada penggunaan kata sambung (kata penghubung) sebagai koordinator dalam struktur kalimat majemuk. Penggabungan kalimat-kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara dapat menunjukkan hubungan gabungan, bertentangan, pilihan, dan urutan,   

    Hubungan setara gabungan dengan menggunakan kata sambung dan, serta.
Contoh: Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkan dengancermat.
    Hubungan yang bertentangan (berlawanan) dengan menggunakan kata sambung tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Contoh: Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga merugikan keluarganya.
    Hubungan yang menyatakan plihan dengan menggunakan kata sambung atau.
Contoh: Kita menyelesaikan pekerjaan itu dengan segara atau menyerahkan kepadaorang lain.
    Hubungan urutan dengan menggunakan kata sambung lalu, kemudian.
Contoh:  ia pulang lalu pergi menjenguk anaknya.

E. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami perluasan atau penggantian dengan kalimat lain.
Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam suatu struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama), sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat (klausa sematan).
Hubungan antara induk dan anak kalimatnya bersifat subordinatif. Penggunaankata sambung tertentu sebagai subordinator dalam perluasan kalimat tunggal menentukan hubungan induk kalimat dengan anak kalimatnya
Contoh :


Ia datang di rumah kemarin        ia datang di rumah ketika kami sedang merayakan hari ulang tahun
S        P                    K                  K(waktu)    adikku.(Kemarin mengalami perluasan pergantian)

    Perluasan kalimat melalui hubungan waktu dengan menggunakan kata sambung ketika, setelah, sewaktu, selama, sementara.
Contoh:  ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah memperoleh pinjaman modaldari bank.
    Perluasan kalimat melalui hubungan syarat dengan menggunakan kata sambung jika, kalau, jikalau, asal (kan), bila, manakala.
Contoh : Saya akan bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai pegawai dikantor itu.
Saya akan bekerja dengan
  tekun………………….. bila            = induk kalimat
  berhasil diterima sebagaipegawai di       
              kantor itu…………..                = anak kalimat(pengganti keterangansyarat)

    Perluasan kalimat melalui hubungan pengandaian dengan menggunakan katasambung seandainya dan sekiranya.
Contoh:
 Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus, tentuprogram kerja organisasi bisa terlaksana dengan baik.
   Seandainya usul-usul yang        = anak kalimat (pengganti keteranganpengandaian)
   diajukannya itu diterima oleh
  pengurus………….
    Perluasan kalimat melalui tujuan dengan menggunakan kata sambung agar dan supaya.
Contoh :
Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mencapai indeksprestasi yang tinggi.
Engkau harus belajar dengan
sungguh-sungguh……………        = induk kalimat
  agar dapat mencapai indeks
  prestasi yang tinggi…………         = anak kalimat(pengganti keterangantujuan)
    Perluasan kalimat melalui hubungan perlawanan (konsesif) dengan menggunakan kata sambung meskipun, walaupun, sungguhpun, dan biarpun.
Contoh: Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah
Meskipun hari
hujan…………………….         = anak kalimat(pengganti keteranganberlawanan)
anak itu pergi juga ke
sekolah………..            = induk kalimat
    Perluasan kalimat melalui hubungan kemiripan atau perbandingan dengan menggunakan kata sambung seperti, laksana, dan sebagaimana.
Contoh :Wajah gadis itu cantik dan menawan laksana bulan purnama
Wajah gadis itu cantik dan
menawan……………………        = induk kalimat
laksana bulan purnama……        = anak kalimat (penggantiketeranganperbandingan)
    Perluasan kalimat melalui hubungan sebab dengan menggunakan kata sambung sebab dan karena
Contoh:Pekerja itu tidak dapat merampungkan pekerjaannya sebab seminggu ia sakit.
Pekerjaan itu tidak dapat merampungkan
pekerjaannya………sebab            = induk kalimat   
seminggu ia sakit………..            = anak kalimat(pengganti keterangansebab)

    Perluasan kalimat melalui hubungan akibat dengan menggunakan kata sambung hingga, sehingga, sampai.
Contoh: Ayah bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit
Ayah bekerja terlalu
keras…………….. sehingga            = induk kalimat
jatuhsakit……………             = anak kalimat (penggantiketerangan akibat
    Perluasan kalimat melalui hubungan penjelasan atau penegasan dengan menggunakan kata sambung bahwa.
Contoh: Ia baru sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan anak-anakna
Ia baru
sadar……………bahwa             = induk kalimat
pendidikan itu sangat penting
bagi masa depan anak-
anaknya……..                = anak kalimat (penggantiketerangan penegasan)
    Perluasan kalimat melalui hubungan cara atau alat dengan menggunakan kata sambung dengan.
Contoh:Polisi menyelidiki peristiwa kejahatan tersebut dengan menyamar sebagaiburuh pabrik.
Polisi menyelidiki peristiwa
kejahatan…….……. dengan        = Induk kalimat
     menyamar sebagai buruh
pabrik…………             = anak kalimat (penggantiketerangan cara)













Perjalanan Penuh makna paruh baya

Menerjang teriknya mentari diujung pagi
Membimbing kaki ini melangkahkan nurani
Meskipun telapaknya perih kadang tertusuk duri
Namun Nurani tak akan pernah mati

Melayang selendang pencari rizki
Tangannya gemulai mengayun jemari
Diiringi gamelan tua ajak tuk menari
Dengan wanita tua yang setia bernyanyi

Dari jauh..... Berjalan payah paruh baya
Dengan Pakaian coklat lusuh penuh noda
Dengan pasrah sandarkan diri diujung senja
Lalu Beranjak Pelan menuju do’a

Dia lepaskan pakaian lusuhnya dan segera berganti
Dengan Pakaian putih bersih nan suci
Walaupun bukan nampak oleh mata
Namun selalu nampak suci dalam jiwa

Dengan senang gembira dia menuju surau
Wajahnya tenang laksana tanpa beban
Dengan senyum sumringah haturkan salam
Seorang paruh baya hamba Tuhan

Menatap diri disenja hari

Lembayung yang menebar diufuk Barat sana
pertanda sebentar lagi sang surya pamit diri
lukisan indah kau sisakan
pamit dalam keikhlasan

Kupejamkan mata sesaat
serasa layar lebar terbentang
adegan bak sebuah film terlihat
episode tayangan ulang

Pemeran muda dan gagah pada usianya
bawaan penuh angkara murka
suara lantang siap menantang
mendaulat diri sebagai pemenang

Banting bangku gebrak meja
bawaan perilaku seorang jawara
siapa kawan dan siapa lawan
kusumat mengaburkan pandangan

Cepat mata kubuka
tak kuat menonton lama lama
karena sang pemeran itu
diriku berwindu lalu

Kini raga reot kulit layu
menopang langkahpun tak kuat lagi
yang tertinggal hanya sesal dan malu
dalam rongsokan ini
apa yang dapat dibanggakan lagi?

Mentari yang mau terbenam
bawalah aku ikut serta
arungi malam kelam
berikut segala aib dosa
............
seandainya
aku bisa
kembali muda
tak kan kusentuh
segala
aib dan dosa itu..................

UNTUKMU YANG TAK BERKABAR

Uuntukmu yang tak berkabar...

sedasyat apa luka
hingga kau menyendiri begitu lama
sedamai apa sepi
hingga kesendirian begitu kau nikmati

tanyaku membentur dinding angin..
menghujan berpetir harap
kau dengar dan baca tulusku

..kapan kau kembali
lupakan yang terampas ampuni nyeri hati
melupa kecewa membantai habis dendam

..kapan kau kembali
menguntai kata teriakkan pada dunia
bayangan nyata yang mempuisi di jiwa
tentang cerita juga impian kita

ya, kutulis ini
untukmu yang tak jua berkabar…


Dak, 03.13