Powered By Blogger

Senin, 27 Juni 2011

makalah / karya Ilmiah tentang suku Makassar







 SUKU MAKASSAR


BAB I
                                                             PENDAHULUAN                                             
1.1 Latar Belakang
Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara' berarti "Mereka yang Bersifat Terbuka."
Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.
Bahasa Makasar, juga disebut sebagai bahasa Makassar atau Mangkasara' adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Makassar, penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa ini dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa ini mempunyai abjadnya sendiri, yang disebut Lontara, namun sekarang banyak juga ditulis dengan menggunakan huruf Latin.
Huruf Lontara berasal dari huruf Brahmi kuno dari India. Seperti banyak turunan dari huruf ini, masing-masing konsonan mengandung huruf hidup "a" yang tidak ditandai. Huruf-huruf hidup lainnya diberikan tanda baca di atas, di bawah,
atau di sebelah kiri atau kanan dari setiap konsonan.
Di daerah Sulawesi Selatan sangat menonjol perasaan kekeluargaan. Hal ini mungkin didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan berasal dari satu rumpun. Raja-raja di Sulawesi Selatan telah saling terikat dalam perkawinan, sehingga ikatan hubungan kekeluargaan semakin erat. Menurut Sure’ Lagaligo (catatan surat Lagaligo dari Luwu) bahwa keturunan raja berasal dari Batara Guru yang kemudian beranak cucu. Keturunan Barata Guru kemudian tersebar ke daerah lain. Oleh karena itu perasaan kekeluargaan tumbuh dan mengakar di kalangan raja di Sulawesi Selatan.

1.2. Rumusan Masalah
1.    Mengapa budaya Makassar sebagian besar dianut oleh masyarakat Sulawesi Selatan  setelah Budaya Bugis ?
2.    Bagaimanakah sejarah dan sistem Adat Suku Makassar ?
3.    Bagaimanakah sistem sosial dalam Masyarakat Suku Makassar ?


BAB II
PEMBAHASAN

Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan suku Bugis yang serumpun. Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah. Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda menyebabkan segala potensi dimatikan, mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Di mana pun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu dibawah pimpinan Spellman menjulukinya dengan "Si-Bajak-Laut".
Dewasa  ini orang-orang Bugis dan Makassar bersama-sama berjumlah kira-kira 80% dari keseluruhan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan orang Bugis sedikit lebih banyak, hal ini diketahui berdasarkan dari responden yang telah kamiwawancarai. Namun demikian mereka adalah suku Makassar. Selain itu, berdasarkan dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan juga diketahui bahwa Bahasa Bugis dan Makassar berasal dari leluhur yang sama, dan kedua kelompok itu mempunyai persamaan kebudayaan dan adat, dan terjadi kawin-mawin antara kalangan kelas atas mereka. Yang mirip kebudayaannya dengan kedua suku bangsa ini adalah orang-orang Mandar di bagian barat laut provinsi itu dan sekarang sudah membentuk provinsi sendiri yaitu Sulawesi Barat. Orang-orang Toraja yang berdiam di tengah-tengah pulau itu, secara budaya dan fisik sangat berbeda dengan orang Makassar. Suku Toraja dipandang sebagai sumber utama budak oleh kaum bangsawan Bugis, yang sering kali dibantu dalam memperoleh budak-budak itu oleh kaum bangsawan Toraja yang keluarganya terikat oleh tali perkawinan. Perbedaan budaya yang jelas antara kedua kelompok ini diperkuat oleh dipeluknya agama Islam oleh orang-orang Makassar hampir secara keseluruhan, sedangkan orang Toraja kebanyakan beragama Kristen.
            Adapun adat istiadat Masyarakat suku Makassar adalah dapat dilihat dari prosesi adat pernikahannya yang memiliki keunikan antara lain dikenal adanya beberapa proses atau tahapan upacara adat, seperti :
1.    Appassili bunting (Cemme mappepaccing) dan A’bubbu’.
2.     A’korontigi (Mappacci).
3.    Appanai’ Leko Lompo (Erang-erang) atau sirih pinang, dan Assimorong (Akad Nikah)

Selain itu, Masyarakat suku bugis memiliki ciri khas bentuk rumah yang dalam bahasa makassar dikatakan “BALLA” adalah rumah panggung yang berbentuk segi empat, tiang berjejer lima ke samping dan ke belakang. adapun rumah bangsawan, tiangnya berjejer lima ke samping dan enam atau lebih ke belakang. Puncaknya berbentuk pelana, bersudut lancip, menghadap ke bawah, atapnya terdiri atas bahan; nipa, rumbia, bambu, alang-alang, ijuk, dan sirap seperti atap Balla Lompoa di Gowa yang masih ada dewasa ini..
di bahagian depan dan belakang puncak rumah ada Timbaksela ata timpalaja dalam bahasa bugis yang merupakan penanda status kebangsawanan pemiliknya. mulai dari tdk bersusun, bersusun 2 , 3, 4, 5, 6, 7.
Sementara, sistem sosial dalam masyarakat etnis Makassar adalah dikenal adanya penggolongan / strata sosial yang menggolongkan masyarakat ke dalam 3 golongan utama yang masing-masing di dalamnya terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Penggolongan tersebut yaitu : Golongan Karaeng, To Maradeka, dan Ata/Budak/Hamba Sahaya.
Selain itu, Masyarakat etnis Makassar juga sejak dahulu mengenal adanya Aturan tata hidup yang berkenaan dengan, sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepecayaan, yang mereka sebut sebagai pangadakang.  Dalam hal kepercayaan masyarakat etnis Makassar telah percaya kepada satu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah Turei A’rana (kehendak yang tinggi).
Dalam sistem sosial, juga dikenal adanya hubungan kekerabatan dalam masyarakat seperti : Sipa’anakang/sianakang, Sipamanakang, Sikalu-kaluki, serta Sambori.
Kesemua kekerabatan yang disebut di atas terjalin erat antar satu dengan yang lain. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Oleh karena jika seorang membutuhkan yang lain, bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka bersedia untuk segalanya.
Sirik na pacce juga merupakan prinsip hidup bagi suku Makassar. Sirik dipergunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau memperkosa harga dirinya, sedangkan pacce dipakai untuk membantu sesama anggota masyarakat yang berada dalam penderitaan. Sering kita dengar ungkapan suku Makassar berbunyi “Punna tena siriknu, paccenu seng paknia” (kalau tidak ada siri’mu paccelah yang kau pegang teguh). Apabila sirikna pacce sebagai pandangan hidup idak dimiliki seseorang, akan dapat berakibat orang tersebut bertingkah laku melebihi tingkah laku binatang karena tidak memiliki unsur kepedulian sosial, dan hanya mau menang sendiri.


BAB III
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan dan rumusan masalah di atas, maka kami menyimpulkan sebagai berikut  :
§      Suku  Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara' berarti "Mereka yang Bersifat Terbuka." Masyarakat suku Makassar sebagian besar menganut agama Islam dan selain itu, Masyarakat etnis Makassar juga sejak dahulu mengenal adanya aturan tata hidup yang berkenaan dengan sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepercayaan, yang mereka sebut sebagai pangadakang.  Dalam hal kepercayaan masyarakat etnis Makassar telah percaya kepada satu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah Turei A’rana (kehendak yang tinggi).
§    Adapun adat istiadat Masyarakat suku Makassar dapat dilihat dari prosesi pernikahannya yang memiliki keunikan antara lain dikenal adanya beberapa tahapan upacara adat, seperti :
1.    Appassili bunting (Cemme mappepaccing) dan A’bubbu’.
2.     A’korontigi (Mappacci).
3.    Appanai’ Leko Lompo (Erang-erang) atau sirih pinang, dan Assimorong (Akad Nikah)

§      Selain itu, Masyarakat suku bugis memiliki ciri khas bentuk rumah yang dalam bahasa makassar dikatakan “BALLA” adalah rumah panggung yang berbentuk segi empat, tiang berjejer lima ke samping dan ke belakang. adapun rumah bangsawan, tiangnya berjejer lima ke samping dan enam atau lebih ke belakang. Puncaknya berbentuk pelana, bersudut lancip, menghadap ke bawah, atapnya terdiri atas bahan; nipa, rumbia, bambu, alang-alang, ijuk, dan sirap seperti atap Balla Lompoa di Gowa yang masih ada dewasa ini . Di bahagian depan dan belakang puncak rumah ada Timbaksela ata timpalaja dalam bahasa bugis yang merupakan penanda status kebangsawanan pemiliknya. mulai dari tdk bersusun, bersusun 2 , 3, 4, 5, 6, 7.
§      sistem sosial dalam masyarakat etnis Makassar adalah dikenal adanya penggolongan / strata sosial yang menggolongkan masyarakat ke dalam 3 golongan utama yang masing-masing di dalamnya terbagi lagi menjadi beberapa golongan. Penggolongan tersebut yaitu : Golongan Karaeng, To Maradeka, dan Ata/Budak/Hamba Sahaya. Selain itu, juga dikenal adanya hubungan kekerabatan dalam masyarakat seperti : Sipa’anakang/sianakang, Sipamanakang, Sikalu-kaluki, serta Sambori.

3.2.       Saran 
Berdasarkan pada kesimpulan dan pembahasan kami di atas, maka saran yang dapat kami berikan pada penelitian kali ini adalah :
§      Sebaiknya, masyarakat suku Makassar dapat terus mejaga dan melestarikan kebudayaan yang mereka miliki tanpa harus mendapatkan pengaruh budaya asing yang datang dari luar meskipun arus  globalisasi di zaman sekarang ini semakin kuat.

§      Masyarakat suku Makassar hendaknya dapat memiliki rasa kebanggaan yang lebih besar lagi  terhadap budaya yang telah mereka miliki itu dan terus mengembangkannya sehingga tidak menjadi luntur dan tidak pula  menjadi sesuatu hal yang hanya berlalu begitu saja atau bahkan  hanya menjadi sejarah.

§      Meskipun berbeda, diharapkan masyarakat suku Makassar juga dapat hidup bersama dengan kebudayaan lain meskipun berbeda, dan saling menghormati tanpa melakukan penyeragaman budaya, tetapi dapat saling memahami adanya perbedaan-perbedaan sebagai salah satu warisan budaya dan kekayaan bangsa.

3.3.       Kritik
Meskipun masyarakat suku Makassar adalah orang yang berpegang teguh kepada falsafah hidup mereka, terkadang ada saja masyarakat suku Makassar yang berkonflik. Hal tersebut hendaknya tidak terjadi di antara masyarakat suku Makassar itu sendiri khususnya, sebab selain mereka sebagai suatu kesatuan masyarakat, mereka juga sebagai suatu kesatuan suku sehingga jangan sampai terjadi konflik antar sesama suku itu sendiri.


3.4.  Sumber     :
§ Buku
? Abd. Kadir Ahmad, 2004, Masuknya Islam di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Ternggara, Makassar, Balai Litbang Agama Makassar.
? Mattuladda, 1974. Bugis Makassar, Manusia dan Kebudayaan. Makassar. Berita Antropologi No. 16 Fakultas Sastra UNHAS.
?  ------------, 1975. Latoa, Suatu Lukisan Analitis Antropologi Politik Orang Bugis., Makassar: Disertasi.
? Abu Hamid, 1982, Selayang Pandang, Uraian Tentang Islam dan Kebudayaan (dalam buku Bugis Makassar Dalam Peta Islamisasi Indoensia), Ujung Pandang, IAIN.
§  Internet
? id.shvoong.com › BukuReferensi: manusia makassar :prof.dr. Hj. Sugira Wahid
? kampungbugis.com/.../prosesi-perkawinan-adat-suku-makassar
? telukbone.ucoz.net/publ/2-1-0-9
? http://sanggartamalatejakarta.blogspot.com
? "Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities". City Population. Diakses pada 28 April 2010.


BAB IV
SUBJEK PENELITIAN / RESPONDEN

1.    Nama                          : H. Abd. Rasyid
Jenis Kelamin            : Laki-laki
Umur                          : 46 Tahun
Pekerjaan                   : Petani
2.    Nama                          : Muh. Hamzah
Jenis Kelamin            : Laki-laki
Umur                          : 42 Tahun
Pekerjaan                   : Wiraswasta
3.    Nama                          : Hayati
Jenis Kelamin            : Perempuan
Umur                          : 38 Tahun
Pekerjaan                   : I. R. T.
4.    Nama                          : Hj. Saleha
Jenis Kelamin            : Perempuan
Umur                          : 52 Tahun
Pekerjaan                   : Pedagang


Note  : mav' yach kalau misalnya nggak sesuai bagi tman2 yg lg ngebutuhin...

2 komentar:

  1. dimana saya bias dapatkan buku Manusia Makassar karangan prof.dr. Hj. Sugira Wahid ? mhn info.
    Teriamaksih.
    Riady.
    riadyb4@gmail.com

    BalasHapus
  2. makasih infonya sy juga orang makassar...zy bangga dgn info anda terima kasih sudah mau menyebarkan budaya kita...kunjungi jg yah blog zy di http://www.yoeshrie25.blogspot.com..makasih ..:)

    BalasHapus